RABBANAA WA LAKAL
HAMDU HAMDAN KATSIRAN THOYYIBAN MUBAROKAN FIHI
(Ya, Allah, Rabbku
dan segala puji hanya kepada-Mu, pujian yang banyak, yang baik, lagi penuh
berkah)
DO'a ini diucapkan seorang sahabat yang
bermakmum dibelakang beliau. Setelah itu beliau bertanya: "Siapa yang
mengucapkan Do'a tadi, Sesungguhnya Saya melihat tigapuluh lebih malaikat
berebut, siapakah diantara mereka yang pertama kali mencatat do'a itu"
Kadang
bacaan:
MIL-ASSAMAAWAATI, WA
MILAL-ARDHL, WA MIL-A MAA SYI-TA MIN SYAI-IN BA'D (Mencakup seluruh langit
dan seluruh bumi dan segenap yang Engkau kehendaki selain dari
itu) berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah.
Dan Do'a lain-lain
yang Shahih
أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ، مِنْ هَمْزِهِ و نَفْخِهِ وَ نَفْثِهِ
A-’uudzu bil-laahi
minas syai-thaanir ra-jiim min ham-zihii wa naf-khi-hii wa naf-tsih (HR. Abu Daud dan
disahihkan Al Albani).
أَعُوذُ بِاللَّهِ
السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ
وَنَفْثِهِ
A-’uudzu bil-laahis
samii-’il ‘a-lii-mi minas syai-thaa-nir ra-jiim min hamzi-hii wa naf-khi-hii wa
naf-tsih
(HR. Turmudzi dan disahihkan Al Albani)
اللَّهُمَّ بَاعِدْ
بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ،
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ
الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
“Ya
Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana
pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan
air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Doa
ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat
fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
Kedua
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي،
وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ،
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي،
وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي
لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي
سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي
يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ
وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku
hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang
ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta
alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya,
dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha
Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau
dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah
menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah
dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa
melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang
dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk
dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan
hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu.
Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu.
Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku
berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan
keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan
dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 – 186)
Doa
ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat
fardhu dan shalat sunnah.
Ketiga
اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ،
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ
أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ
“Aku
hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim
yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta
alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya,
dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha
Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau
dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu
Shalatin Nabi 1/251)
Keempat
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ
الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ
الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
“Sesungguhnya
shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb
semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada
perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah,
tunjukilah aku amal dan akhlak yang terbaik. Tidak ada yang dapat menujukkanku
kepadanya kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak
ada yang dapat menjauhkanku darinya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i 1/141,
Ad Daruquthni 112)
Kelima
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ
وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Maha
suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh
berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau”
(HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu
Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Doa
ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari
‘Aisyah, Anas bin Malik dan Jabir Radhiallahu’anhum. Bahkan Imam
Muslim membawakan riwayat :
أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم
وبحمدك . تبارك اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك
“Umar
bin Khattab pernah menjahrkan doa ini (ketika shalat) : (lalu menyebut doa di
atas)” (HR. Muslim no.399)
Demikianlah,
doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama pun banyak
yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu doa ini
cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang
kondisinya lemah, semisal anak-anak dan orang tua.
Keenam
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ،
وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
3x لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
3x اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
“Maha
suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh
berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau,
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)”
(HR.Abu Daud 1/124, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Ketujuh
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا،
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Allah
Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)
Hadits
tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:
بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: ” عجبت لها! فتحت لها أبواب السماء “. قال ابن عمر: فما تركتهن منذ
سمعت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك
“Ketika
kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang
lelaki yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘.
Ibnu Umar pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau
berkata demikian’”.
Kedelapan
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala
puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang
penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).
Hadits
tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada
seorang lelaki yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها
“Aku
melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba
untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”
Kesembilan
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ
الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ
حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ
أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ
خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا
أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya
Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta
orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan
langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau.
Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya.
Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja
yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu
pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu
pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu
membawa kebenaran, dan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam itu membawa
kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah
diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku
bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka
ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan maupun yang belum aku
lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al
Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau”
(HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99, 13/366 – 367, 13/399, Muslim 2/184)
Doa
istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika
shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan
shalat yang lain.
Kesepuluh
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ،
فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ
تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا
اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya
Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi.
Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara
hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku
kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau
memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau
kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
Doa
istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam
ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib
dan shalat yang lain.
Kesebelas
10x الله اكبر
10x الحمد لله
10x لا اله الا الله
10x استغفر الله
10x اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي
وَعَافِنِي
10x اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ
الْحِسَابِ
“Allah
Maha Besar” 10x
“Segala
pujian bagi Allah” 10x
“Tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” 10x
“Aku
memohon ampun kepada Allah” 10x
“Ya
Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku
kesehatan” 10x
“Ya
Allah, aku berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x
(HR.
Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/267)
Kedua
Belas
اللَّهُ أَكْبَرُ [ثلاثاً] ، ذُو الْمَلَكُوتِ، وَالْجَبَرُوتِ
وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
“Allah
Maha Besar” 3x
“Yang
memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath
Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)
Adab Membaca Doa Istiftah
Beberapa
adab membaca doa istiftah dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al
Adzkar (1/107) :
- Disunnahkan menggabung beberapa doa istiftah, dalam shalat yang sendirian. Atau juga bagi imam, bila diizinkan oleh makmum. Jika makmum tidak mengizinkan, maka jangan membaca doa yang terlalu panjang. Bahkan sebaiknya membaca yang singkat. Imam An Nawawi nampaknya mengisyaratkan hadits:
إذا أم أحدكم الناس فليخفف . فإن فيهم
الصغير والكبير والضعيف والمريض . فإذا صلى وحده فليصل كيف شاء
“Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia ringankan
shalatnya. Karena di barisan makmum terdapat anak kecil, orang tua, orang
lemah, orang sakit. Adapun jika shalat sendirian, barulah shalat sesuai
keinginannya” (HR.Muslim 467)
- Jika datang sebagai makmum masbuk, tetap membaca doa istiftah. Kecuali jika sudah akan segera ruku’, dan khawatir tidak sempat membaca Al Fatihah. Jika demikian keadaannya, sebaiknya tidak perlu membaca istiftah, namun berusaha menyelesaikan membaca Al Fatihah. Karena membaca Al Fatihah itu rukun shalat.
- Jika mendapati imam tidak sedang berdiri, misalnya sedang rukuk, atau duduk di antara dua sujud atau sedang sujud, maka makmum langsung mengikuti posisi imam dan membaca sebagaimana yang dibaca imam. Tidak perlu membaca doa istiftah ketika itu.
- Para ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat mengenai anjuran membaca doa istiftah ketika shalat jenazah. Menurut An Nawawi, yang lebih tepat adalah tidak perlu membacanya, karena shalat jenazah itu sudah selayaknya ringan.
- Membaca doa istiftah itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Jika seseorang meninggalkannya, tidak perlu sujud sahwi.
- Yang sesuai sunnah, doa istiftah dibaca dengan sirr (lirih). Jika dibaca dengan jahr (keras) hukumnya makruh, namun tidak membatalkan shalat.